Senin, 13 Juli 2015

PEMANFAATAN E-LEARNING SEBUAH MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF



PEMANFAATAN E-LEARNING SEBUAH MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF


A.      PENDAHULUAN (ABSTRACT)
Face-to-face
Keywords: E-Learning, Innovative learning
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan  salah satu media, yaitu  internet sebagai  salah satu  sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan masih teacher oriented.
Selama ini banyak sekolah yang proses pembelajarannya masih bersifat konvensional, dengan kata lain bahwa proses belajar mengajar antara siswa dengan guru hanya dapat  dilakukan dengan syarat terjadinya pertemuan antara siswa dengan guru di dalam kelas. Jika pertemuan antara siswa dengan guru tidak terjadi maka secara otomatis proses pembelajaran pun tidak dapat dilaksanakan.
Di sisi lain banyak sekolah yang belum mempunyai suatu sarana untuk mengelola dan memudahkan dalam penyebaran artikel, makalah, maupun ilmu  pengetahuan lain  khususnya di bidang  teknologi informasi yang  ditujukan untuk memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat umum. Maka perlu dibuat suatu aplikasi  e-Learning berbasis web  yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja sehingga mendukung proses pendidikan di sekolah serta mempermudah dalam penyebaran ilmu pengetahuan kepada masyarakat umum.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan  kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pembelajaran, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran selama belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada peserta didik  sehingga mampu belajar karena  peserta didik  merupakan subjek utama dalam belajar.
Seiring dengan perkembangan teknologi pendidikan yang semakin maju, maka jajaran pendidik sudah saatnya proaktif dalam mengikuti perkembangan. Jika tidak, dunia pendidikan akan selalu tertinggal dan  usang serta tidak mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh bangsa pada umumnya dan oleh peserta didik khususnya

B.  PEMBAHASAN
1.  Pengertian E-Learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan  ‘learning’ yang berarti  ‘pembelajaran’.  Jadi  e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika.
Jadi dalam pelaksanaannya,  e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata  lain  e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005).
Banyak pakar yang menguraikan definisi E-Learning dari sudut pandang yang berbeda. Secara garis besar banyak orang mengatakan E-Learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan
teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Beberapa pakar menguraikan definisi E-Learning sebagai berikut:
a.  E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001).
b.   E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone (LearnFrame.Com, 2001) 66
c.  E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan  mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga
penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda  (Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia).
d.   E-Learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin. (Prof. Dr. Sulistyoweni Widanarko).
e.  Matthew Comerchero dalam E-Learning, Concepts and Techniques  (Bloomsburg, 2006  ) mendefinisikan: E-learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi, dan teknologi.
Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa harus menjaga diri mereka tetap termotivasi.  E-learning  efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang-pergi.Jarak dieliminasi karena isi dari  e-learning didesain dengan media yang dapat diakses dariterminal komputer yang memiliki peralatan  yang sesuai dan sarana teknologi lainnya yang dapatmengakses jaringan atau Internet. 
Dari  beberapa  definisi yang muncul  tersebut di atas,  dapat kita simpulkan bahwa  e-learning  adalah pembelajaran dengan  sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.
2.  Manfaat e-learning
Seperti sebagaimana yang disebutkan  di  atas,  e-learning  telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik  dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik.  Peserta didik  dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik  dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.  Dalam  e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh  contents writer, designer    e-learning dan pemrogram komputer.
Dengan adanya  e-learning  para guru/ dosen/ instruktur akan lebih mudah dalam hal:
-  melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
-  mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya
-  mengontrol kegiatan belajar peserta didik.

Ada beberapa manfaat pembelajaran  e-learning  yang lain, diantaranya adalah:
-   Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
-  Bertambahnya  interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur.
-  Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
-  Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities) 

Manfaat secara praktis, e-learning dapat dilihat dari 2 sudut pandang :
a)  Bagi peserta didik 
Dengan kegiatan  e-Learning  dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.  Selain itu kita juga  dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat,  misalnya melalui  chatting dan email. Mengingat sumber belajar yang sudah ikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita  dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.

b)  Bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan  e-Learning  manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah bahwa  guru/dosen/ instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,  juga dapat  dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya. Pengalaman negara lain dan juga pengalaman  distance  learning  di Indonesia ternyata menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain: 
-  mampu meningkatkan pemerataan pendidikan
-  mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah atau putus sekolah
-  meningkatkan prestasi atau hsil belajar
-  meningkatkan kehadiran siswa di kelas
-  meningkatkan rasa percaya diri
-  meningkatkan wawasan (outward looking)
-  mengatasi kekurangan tenaga pendidikan
-  meningkatkan efisiensi. (Soekartawi, 2005)

3.  Pembelajaran inovatif
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses belajar yang  dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: 
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2)
Menurut Burton, (1944) dalam Usman (2006:5)  “Learning  is  a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment,”.  Atau dapat dikatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.
Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Sedangkan pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara lengkap pengertian pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sukartini, 2007:137).
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, motode, dan evaluasi.
Keempat komponen pembelajaran  ini  harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2011:1). Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (Kunandar, 2008:287).
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang bersifat  student-centered,  artinya  pembelajaran yang lebih  memberikan peluang kepada peserta didik  untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri  (selfdirected)  dan dimediasi oleh teman sebaya  (peer mediated instruction).
Pembelajaran inovatif  lebih banyak  mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik. Pembelajaran inovatif yang berlandasakan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk mengiternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru (Oentoro, 2010:376).
Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran inovatif yang memberikan iklim kondusif di kelas dalam pengembangan daya nalar, daya inkuiri dan  kreatifitas siswa. Strategi belajar mengajar mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar (Susatyo, dkk., 2009:463). Pembelajaran inovatif memiliki ciri mendorong peserta didik menemukan gagasan baru dan mendorong peserta didik membuat hal-hal yang baru.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Selain itu, pembelajaran yang inovatif juga tercemin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif  dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan/lisan dan tulisan (Hamied, 2009:102).
Guru dituntut keprofesionalitasannya dalam meramu proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang  inovatif dengan menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran bukan obyek pembelajaran, serta dapat menggali pengetahuan peserta didik secara kongkret dan mandiri. Salah satu inovasi yang mengiringi paradigma pembelajaran adalah diformulasikan serta diaplikasikannya model-model pembelajaran  inovatif yang berorientasi kepada konstruktivistik.
Model-model pembelajaran inovatif yang bernaung di bawah teori konstruktivistik antara lain, 
a.  Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
b. Model Pengajaran Langsung (Direct Instructions)
c.  Pengajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning)  (Suhardiyanto, 2009:69)

4.  Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran Teknologi informasi dan komunikasi adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, hubungan komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan kebudayaan (British Advisory Council for Applied Resesach and evelopment: Report on Information Technology; H.M. Stationery Office 1980) Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang mendukung untuk merecord, menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar atau mengantarkan dan menerima informasi (Behan dan Holmes. 1990. Understanding of Information Technologies. Prentice Hall). Teknologi informasi dan kounikasi adalah  studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, terasuk kata-kata, bilangan dan gambar. (Abdul Kadir, 2013: 13)
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan seperti pemanfaatan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan kepada setiap pembelajar utuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, penurunan tingkat putus sekolah, penurunan tingkat ketidakhadiran di kelas dan  pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat dari berbagai lapisan  yang bertempat tinggal dimanapun. Untuk itu, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi agar tepat guna hendaknya disesuaikan dengan kehidupan atau budaya yang berlaku di masyarakat. Keberagaman tingkat kehidupan dan budaya pada masyarakat memerlukan berbagai teknologi untuk menyediakan pelayanan pendidikan, diantaranya komputer dengan internetnya. Internet merupakan jaringan informasi digital yang bersifat global.
Adapun Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1.  Menggantikan peran manusia, yaitu  dengan melakukan kegiatan otomasi tugas atau proses
2.  Memperkuat peran manusia, yaitu menyajikan informasi, tugas atau proses.
3.  Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.  
5. E-Learning dalam bidang model pembelajaran yang inovatif
Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang dinilai baru dalam suatu kelompok masyarakat, yang nantinya ige/gagasan baru tersebut dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut. Inovasi ini merupakan perubahan, pembaharuan, dan penemuan yang tentunya bersifat disengaja dan berkelanjutan, sehingga inovasi harus direncanakan dan dirancang terlebih dahulu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gagasan/ide baru sebagai bentuk inovasi ini, diterapkan untuk memprakarsai dan/atau memperbaiki suatu produk maupun jasa. Inovasi memiliki beberapa sifat :
(1)  Penggantian;  (2)  Perubahan;  (3)  Penambahan;  (4)  Penghapusan; (5)  Penguatan; (6) Penyusunan kembali.
Setiap inovasi memiliki beberapa ciri, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Mattew B. Miles:
a. Memiliki kekhasan khusus
b. Memiliki unsur/ciri kebaruan.
c. Melalui program yang terencana.
d.   Memiliki tujuan.
Ciri-ciri inovasi tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses difusi dengan maksud agar inovasi yang dihasilkan dapat  diadopsi oleh kelompok masyarakat. Maka, tentu harus ada proses pemilihan yang selektif terhadap hasil inovasi yang ada sebelum akhirnya dipilih untuk diujicobakan untuk kemudian diadopsi.
 Proses seleksi suatu inovasi yang akan didifusikan agar dapat diadopsi dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi cara mudahnya adalah dengan membuat suatu kriteria seleksi inovasi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian dituangkan menjadi syarat-syarat adopsi inovasi, yang antara lain berisi :
a.  Ada tujuan inovasi yang jelas.
b.  Ada pembagian/deskripsi tugas dari masing-masing komponen inovasi.
c.  Ada kejelasan struktur otoritas/kewenangan dari inovasi tersebut.
d.  Inovasi tersebut memiliki peraturan dasar/umum yang dapat diterapkan.
e.  Inovasi tersebut memiliki pola hubungan informasi yang teruji
Dalam kajian ruang lingkup inovasi pendidikan, inovasi  e-learning termasuk ke dalam bentuk inovasi pengembangan media dan sumber belajar. Inovasi e-learning  cakupannya adalah skala makro (besar), dimana pelaksanaan inovasinya bersifat luas dan  melibatkan banyak pihak.
Sebagaimana layaknya bentuk inovasi lainnya, inovasi e-learning  juga harus diujicobakan terlebih dahulu baru dapat didesiminasikan.
Inovasi e-learning merupakan salah satu upaya untuk dapat membantu membangun peran pendidikan, dalam membuka kesempatan pembelajaran 75 bagi banyak orang. Inovasi e-learning  tidak bersifat gradual, tetapi bersifat evolution. Karena, memang tidak ada sesuatu hal yang memang benar-benar baru, melainkan lebih kepada perbaikan atau perubahan. Oleh karena itu, inovasi e-learning  ini dapat terus dikembangkan secara perorangan maupun kelompok/massal. Munculnya inovasi e-learning diharapkan akan memberikan banyak manfaat bagi pendidikan. Salah satu manfaat yang diharapkan dapat dirasakan dengan munculnya e-learning  ini adalah dapat membantu upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan yang ada, seperti masalah pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi pendidikan, serta peningkatan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Maka, inovasi e-learning  sendiri menjadi dianggap begitu penting dalam mempengaruhi upaya perbaikan dan pengembangan pendidikan. 
Berikut ini adalah beberapa poin tentang pentingnya inovasi e-learning :
a. Memfasilitasi upaya pemerataan dan kesempatan pendidikan, mengingat e-learning  dapat memungkinkan memberikan jangkauan pendidikan yang lebih luas.
b. Membantu peningkatan mutu pendidikan, karena e-learning  menerapkan pendidikan berbasis teknologi dan bebas akses. Sehingga, setiap individu memiliki keleluasaan lebih untuk belajar.  Inovasi e-learning  akan dapat mempengaruhi mutu dalam segi  pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dana, serta sarana dan prasarana.
c. Mendukung peningkatan efisiensi pendidikan. Jika e-learning  mampu didifusikan dengan baik, maka akan dapat mengefisiensikan pembelajaran dalam segi biaya dan waktu.
d. Menciptakan peningkatan efektifitas pendidikan.  E-learning  akan mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola dengan baik dan tepat. 76
e. Membantu mewujudkan relevansi pendidikan, baik secara internal maupun eksternal.
Inovasi  e-learning akan dapat berjalan baik jika didukung dengan kebijakan dan regulasi yang benar. Kebijakan dan regulasi tersebut harus dikelola oleh sumber daya yang mumpuni.

C.  KESIMPULAN
E-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. Karakteristik e-Learning ini antara lain adalah: memanfaatkan jasa teknologi elektronik; memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks); menggunakan bahan ajar bersifat mandiri dan memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
 Ada empat hal yang menunjang  proses belajar melalui media e-learning, yaitu:
1.    Melakukan penyesuaian kurikulum.
2.    Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer;
3.    Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada
4.    Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dan lain-lain yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa.
Beberapa kelebihan e-learning secara umum adalah guru dan siswa dapat berkomunikasi secara, Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja, tambahan informasi akses di Internet. Guru dan siswa dapat melakukan diskusi melalui Internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Memperoleh informasi mutakhir; kemampuan berhubungan dengan sumber-sumber di seluruh dunia, kesempatan mempelajari sumber-sumber mutakhir terbuka.
Selain itu beberapa kelemahan e-learning; kurangnya interaksi antara guru dan siswa, materi tidak sesuai dengan umur pebelajar, pemanfaatan hak cipta untuk tugas-tugas akhir sekolah, perawatan, pengaksesan, kurangnya pengontrolan kualitas, dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.  
Dalam pembelajaran e-learning seharusnya siswa dapat didampingi oleh orang yang lebih dewasa untuk mengarahkan tentang pelajaran yang akan diakses, karena internet adalah suatu bahan ajar yang bermanfaat namun banyak juga kekurangannya bahkan membahayakan bagi anak yang belum dapat memilah mana yang baik dan mana yang benar.
E-Learning  merupakan suatu  model pembelajaran  yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media  internet,  atau media jaringan komputer lain.  E-learning  sebagai sebuah alternatif pembelajaran yang berbasis elektronik memberikan banyak manfaat terutama terhadap proses pendidikan yang dilakukan dengan jarak jauh. Efektifitas penggunaan media ini harus didukung oleh subjek dari pendidikan yakni guru/dosen dan siswa/mahasiswa dalam pengasaan pengoperasian media tersebut. 
Dalam merancang sistem  e-learning  perlu mempertimbangkan dua hal, yakni peserta didik yang menjadi target dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Pemahaman atas peserta didik sangatlah penting, yakni antara lain adalah harapan dan tujuan mereka dalam mengikuti  e-learning, kecepatan dalam mengakses internet atau jaringan, keterbatasan  bandwidth,  beaya untuk akses internet, serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman atas hasil pembelajaran diperlukan untuk menentukan cakupan materi, kerangka penilaian hasil belajar, serta pengetahuan awal.
Pembelajaran inovatif diterapkan sebagai hasil refleksi siswa atau guru untuk melakukan pembelajaran berbasis pada konteks, kebebasan, dan menyenangkan. Melalui  model pembelajaran  inovatif ini,  pembelajaran yang selama ini hanya berpusat pada guru (teacher center) bisa dirubah menjadi student center, dimana dalam proses belajar mengajar, murid diajak aktif dalam 77 pembelajaran sehingga kompetensi yang dimiliki oleh murid bisa tereksplorasi dengan baik. 

DAFTAR PUSTAKA

Hamied, Fuad Abdul. 2009. Model Pembelajaran Inovatif di Era Global (Suatu Kajian Perbandingan di Negara Maju). Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol. 1, No. 2.   
Kunandar. 2008.  Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Manaf, Abdul. 2009. Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Jurnal Pedagogik. Vol. 6, No. 1.  Nasution, 2008. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. BumiAksara. 
Oentoro, Jimmy B. 2010. Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Beda. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Riyanto, Yatim. 2009.  Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.  
Ruganda. 2009.  Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi melalui Model Delikan di Kelas V SD Kalikoa, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon. Jurnal metalingua. Vol. 7, No. 2. 
Rusman. 2011.  Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sakdiyah. 2010. Kemampuan Guru IPS dalam Menerapkan Model Pembelajaran Efektif pada SMP N 1 Darussalam Banda Aceh.  Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol. 7, No. 2.  
Salimudin. 2011.  Supervisi Klinis, Alternatif Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas 3 dalam Pembelajaran Tematik. Jurnal Pendidikan Oktadika. No. 3.  Sa’ud, Saefudin dan Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: lfabeta. 
Sitepu. 2008.  Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber. Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 7, No. 10.  78  
Subagia, I Wayan dan Wiratma, I Gusti Lanang. 2008.  Penerapan Model Siklus Belajar Berbasis Tri Pramana pada Pembelajaran Sains di Sekolah.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNIKSHA. Tahun XXXXI, No. 2. 
Sudyana, dkk., 2007.  Efek Model Pembelajaran Generatif terhadap Pemahaman Belajar Kimia di  Kalangan Siswa SMA.  Jurnal Pancaran Pendidikan. Tahun XX, No. 67. 

Sugiyanto. 2008.  Concept Attainment Models dalam Pembelajaran Evaluasi Pengajaran di STAKN Palangkaraya. Jurnal Telabang. Vol. 1, No. 2.   
Suhardiyanto, Andi. 2009.  Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Konstruktivistik. Jurnal Lembaran Ilmu Pendidikan. Vol. 38, No. 1.   
Sukartini, Sri Patmah (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI). 2007. Teori Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Imtima  Susatyo, Eko Budi, dkk,. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Kimia Melalui Strategi Interactive Question and Reading Orientation Berbasis Problem Posing. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol. 3, No. 2.   
Trianto. 2009.  Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana  
Usman, Moh. Uzer. 2006.  Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar